Sunday, November 4, 2007

Pertanyaan seputar Aliran agama dan Fatwa

Aliran sesat

Akhir-akhir ini di Indonesia digegerkan berbagai berita mengenai "aliran sesat", yang difatwa SESAT oleh MUI(Majelis Ulama Indonesia). Baru-baru ini muncul aliran-aliran yang mengatasnamakan ISLAM, seperti AlQiyadah alislamiah, Alqur'an suci, bahkan ada yang menyebutkan bahwa JIL (Jaringan Islam Liberal) pun SESAT.

Sebelumnya ada baiknya menyimak pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:

APA pengertian ISLAM?
ISLAM ialah salah satu nama ALLAH, jelasnya AL-ISLAMU, perkara tentang Nama Allah AL-ISLAMU yaitu selamat dan saling menyelamatkan.

Bagaimana dengan Agama yang disebut Agama Islam?
Agama Islam merupakan Agama yang didasari keislaman, selamat dan saling menyelamatkan.

BAGAIMANA pelaksanaan keislaman?
keterangan AlQur'an menjelaskan, "Tidak ada paksaan dalam agama islam", pelaksanaannya ialah dengan mengikuti perintah milik Allah yang tertulis dalam AlQur'an.

PANTASKAH kita sebagai manusia yang diperintah untuk melakukan Kebaikan oleh perintah milik Allah , memerintahkan orang lain untuk berbuat kebaikan sesuai perintah Allah tersebut?

Keterangan AlQur'an menerangkan "Dzat laesa Kamislihi Sae'un">>Dzat yang tidak bisa diserupakan atau dipersamakan.
Apakah bisa dikatagorikan "mempersamaakan" jika kita Memerintahkan kembali kepada orang lain apa-apa Perintah milik Allah?
Menurut AlQur'an, mempersamakan Dzat Allah dengan "sesuatu"(yang merupakan milik Allah) termasuk pada Dosa musyrik (Dosa besar yang tidak akan diampuni).

Pantasnya kita sebagai manusia yang diperintah untuk melakukan Kebaikan oleh perintah milik Allah ialah dengan melaksanakannya.

Nabi Muhammad tidak pernah memerintahkan orang lain untuk berbuat baik ataupun berbuat jahat, namun ia hanya menjelaskan ("nabi"=yang menjelaskan) bagaimana perbuatan baik menurut keterangan AlQuran dan perbuatan jahat/buruk menurut keterangan AlQur'an.

PANTASKAH saya mengaku beragama Islam?
Sepantasnya bagi setiap manusia yang berkenan untuk memperbanyak amal kebaikan ialah dengan melaksanakan apa-apa dilandasi dengan keislaman.

Berkaitan dengan isu mengenai Aliran sesat yang marak belakangan ini, bagaimana sebagai pribadi mensikapinya??
Ajaran atasnama ke-Islam-an mengajarkan sikap netral dan tidak fanatik terhadap ajaran apapun, karena pada hakekatnya semua / segala sesuatu merupakan milik ALLAH, sesuai dengan keterangan AlQur'an bahwa Tujuh lapis langit beserta isinya dan Tujuh petala bumi beserta isinya ialah milik Allah. Apa-apa yang terjadi pada setiap orang, mulai dari kedip mata, hembusan napas kemudian keinginan, harapan dan lain-lain, bahkan keyakinan, semuanya merupakan milik Allah.

Yang terjadi pada setiap orang merupakan sebuah ketentuan milik Allah. Setiap manusia di sertai dengan "hak memilih", hak memilih yang menyertai para penganut agama tidak bisa dipaksakan oleh orang lain pada orang lain, hanya orang tersebutlah yang akan memilih, ia akan memilih untuk menjalankan ajaran agama "A" atau "B" atau "C".

Apa daya saya, ketika orang lain melaksanakan peribadatan sesuai keyakinan yang menyertainya. ??
Apa hak saya, melarang-larang orang lain ketika melaksanakan peribadatan sesuai keyakinan yang menyertainya. ??
NAbi Muhammad mengajarkan "LAHAOLA WALAQUWATA ILABILAHI ALIYUL ADZIM">> "Tidak ada daya dan kekuatan milik saya, melainkan daya dan kekuatan milik Allah lah daya dan kekuatan yang menyertai saya".

Menyadari diri pribadi tidak berdaya dan berkekuatan jika tidak disertai daya dan kekuatan milik Allah, maka akan lebih arif dan bijaksana mensikapi segala sesuatu terjadi dimuka bumi ini.

Keyakinan yang terjadi pada diri dan orang lain ialah sama-sama keyakinan milik Allah, apakah akan merugikan bagi diri jika menghormati orang lain (mahluk lain) yang juga milik Allah?

Pada mahluk lain seperti binatang, lingkungan, hutan, dan Bumi yang dipijak ini, semua orang sangat peduli dan sangat menyanginya, (yang notabene: mahluk-mahluk tersebut belum jelas apa agamanya), tapi mengapa dengan sesama manusia, sering terjadi permusuhan akibat perbedaan keyakinan?? pantaskah perbuatan demikian terkatagori KEISLAMAN?

APAKAH boleh seseorang/ lembaga/ perkumpulan mem-FATWA orang/lembaga/perkumpulan lainnya?
Boleh-boleh saja, tapi apakah arif dan bijaksan langkah tersebut? dasarnya apa?
Dan objektifkah seseorang/ lembaga/ perkumpulan tersebut dalam mengeluarkan fatwa?
Penjurian yang dilakukan seseorang/ lembaga/ perkumpulan biasanya subjektif, mungkin karena hubungan keluarga, atau karena takut, penilaian bisa diubah-ubah seenaknya.

Contoh:
Sebuah kelompok yang mengatasnamakan islam, bertindak "kurang" simpatik pada bulan ramadhan, dengan mendatangi warung-warung makan yang buka pada siang hari, malahan ada yang bertindak sampai merusak. Padahal dibalik itu,
- ada banyak orang yang menunggu orang tuanya yang pulang berdagang untuk membawa rezeki dari hasil berdagang tersebut.
- tidak semua orang berpuasa pada waktu bulan ramadhan.(biasanya orang sakit, wanita yang sedang haid, anak-anak yang tidak puasa, orang yang dalam perjalanan dll.)
- para pedagang itu sedang melakukan ikhtiar dalam menempuh mendapatkan rizki milik Allah.

Pertanyaannya, apakah pantas kelompok yang mengatasnamakan islam tersebut disebut kelompok yang berlandaskan keislaman?
**Jika pantas, apakah dibenarkan oleh ajaran atas nama islam, untuk merusak, menghalangi orang lain untuk berusaha?

**Jika tidak pantas, pantas disebut apa kelompok tersebut? apakah pantas disebut dengan aliran sesat?

Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh seseorang/ lembaga/ perkumpulan lain, yang "katanya" biasa mengeluarkan Fatwa terhadap kelompok yang mengatasnamakan islam tersebut?

Entah karena saudara, atau karena takut, atau mungkin karena merasa itulah ajaran atas nama islam yang mereka pelajari, sehingga terjadi proses subjektif terhadap sesuatu?

Penjurian pada sesuatu hanya Hukum(AlQur'an)lah yang menjuri baik/buruknya sesuatu itu dilakukan. Dengan mengeluarkan Fatwa, bisa diartikan seseorang/ lembaga/ perkumpulan menyaingi Hukum yang sudah tentu.

Jika Arif dan bijaksana yang dilakukan, mungkin akan menyatakan bahwa sebaiknya mempelajari ajaran atas nama islam lebih teliti lagi. Dan gali lebih dalam lagi kandungan isi AlQur'an, karena Ilmu milik Allah Ta'ala tidak hanya yang ada sampai detik ini, melainkan tidak terukur oleh hitungan dan tanpa batas ruang dan waktu.

6 comments:

Anonymous said...

Sepertinya kita harus selektif memilih apa yang kita yakini. Dan harus dipikirkan dulu apa yang akan kita ucapkan. jangan sampai karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Anonymous said...

Dengan cara mempertebal keyakinan dan keimanan kita insya Allah kita bisa membedakan apa itu aliran yang sesat,htr nhn!

syafril007 said...

menurut saya Fatwa MUI masih sangat di perlukan, karena setelah nabi para kiai dan ulamalah yang menjadi petunjuk mana yang benar dan mana yang salah, kalo ajaran sesat diibaratkan "anda sedang menyanyi, anda cukup bernyanyi didalam rumah, jadi yang mendengar cukup anda dan keluarga saja, sehingga tetangga tidak merasa terganggu, tapi kalau anda menyanyinya sangat keras maka jangan salahkan kalau teriakan tetangga (menyuruh anda diam atau kecilkan suara anda), bahkan bisa jadi lemparan batu manghantam rumah anda (karena anda tidak mau berhenti) karena tetangga anda merasa terganggu dengan suara anda yg ribut dan tidak enak untuk didengar..kurang lebih begitulah masalah aliran sesat yang anda bahas ini, kebebasan bukan berarti sebebas sebasnya..ada koridor tertentu yang harus kita taati, apalagi ini masalah kepercayaan yang sangat kami hormati dan junjung tinggi, kecuali mereka menyebutkan nama agama baru, bukan Islam atau agama yang sudah ada. mungkin masalahnya tidak seperti ini.
demikianlah...maaf kalau saya ada salah kata.... wassalammualaikum

Anonymous said...

Bebas bukan berarti semena-mena atau sewenang-wenang, bebas berarti bebas dalam aturan itulah demokrasi.
Mas moderator.. tukeran link nya donk!!??

Anonymous said...

saya fikir membahas suatu perkara perlu standar baku. Dengan standar itu kita merujuk. Merujuk benar atau salah dalam islam Merujuk kepada sumber yang telah disepakati oleh Sebagian besar Ulama : Al-Quran, Sunah, Ijma Shahabat dan Qiyas. Dari sinilah kita memahami Islam. Dengan metode yang juga telah banyak dipergunakan oleh para ulama terdahulu. Jadi nggak ngawur seenak udel. Menggunakan rasio sebagai standar kebenaran. Ini dulu yang harus klear. Kalo udah baru kita bahas persoalan yang diungkap di atas. Ok. Wassalam

Moderator said...

Namanya juga pertanyaan, yang mungkin menjadi bahan renungan bagi siapapun. Dan mari kita dasari renungan tersebut dengan pengetahuan yang berasal dari AlQur'an dan hadist, yang "akan mungkin" kita mendapat petunjuk yang sesungguhnya.